Kamis, 02 Juni 2011

Pertumbuhan Pohon

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
            Pohon tidak berbeda dengan tanaman lain dalam hal bahwa kedua kelompok ini bertambah tinggi dengan pertambahan umurnya. Bedanya adalah bahwa pohon memiliki kemampuan untuk mempertahankan pertumbuhannya dalam jangka waktu bertahun-tahun dan memperbanyak lapisan-lapisan pertumbuhannya dalam arah tinggi dan diameter. Hasil utama dari proses pertumbuhan berupa kayu telah dimanfaatkan dan menjadi bagian dari kebutuhan manusia sejak lama, bahkan sejak hasil hutan tersebut dikenal manusia. Dari kayu, manusia dapat memproduksi berbagai produk untuk bermacam-macam keperluan dalam berbagai bidang
kehidupan.
            Pertumbuhan pohon yang tumbuh diantara bangunan, pohon yang tumbuh tunggal / jarang, pohon yang tumbuh rapat, dan pohon yang tumbuh dengan kondisi yang lain (dalam hal ini kondisi yang dimaksud adalah tidak tumbuh rapat, tidak tumbuh tunggal / jarang, dan tidak tumbuh rapat ) adalah pohon yang telah diamati pertumbuhannya. Dimana dalam hal ini pertumbuhan diameter, tajuk, banyak tidaknya daun, cabang, dan batang menjadi faktor yang dapat menentukan kuallitas kayu pada satu pohon.
I.2 Rumusan Masalah
a.    Bagaimana pertumbuhan pohon yang tumbuh diantara bangunan yaitu pohon sukun (Artocarpus communis)  dalam hal ini pertumbuhan diameter, tajuk, banyak tidaknya daun,cabang batang, dan kualitas kayu ?
b.    Bagaimana pertumbuhan pohon yang tumbuh tunggal/ jarang yaitu pohon jati (Tectona grandis) dalam hal ini pertumbuhan diameter, tajuk, banyak tidaknya daun, cabang, batang, dan kualitas kayu ?
c.    Bagaimana pertumbuhan pohon yang tumbuh rapat yaitu pohon jati (Tectona grandis) dalam hal ini pertumbuhan diameter, tajuk, banyak tidaknya daun, cabang, dan kualitas kayu ?
d.    Bagaimana pertumbuhan pohon uang tumbuh dengan kondisi yang lain yaitu pohon ketapang Terminalia catappa dalam hal ini pertumbuhan diameter, tajuk, banyak tidaknya daun, cabang dan kualitas kayu ?
I.3 Tujuan
            Tujuan dilakukan praktikum ini adalah mampu menjelaskan pertumbuhan pohon berdasarkan tempat tumbuhnya serta kualitas kayu yang diperoleh akibat pertumbuhan.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Umum Jati (Tectona grandis)
            Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Klasifikasi jati yaitu regnum: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: lamiales, famili: lamiaceae, genus: Tectona, spesies: Tectona grandis
            Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun. Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya.
Deskripsi Umum Sukun
Pohon sukun (atau pohon timbul) umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan dengan klon umumnya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus, hingga 8 m, sering dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang.Bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling; lembar daun 20-40 × 20-60 cm, berbagi menyirip dalam, liat agak keras seperti kulit, hijau tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Klasifikasi sukun yaitu regnum: plantae, divisi: magnoliophyta, class: magnoliopsida, ordo: urticales, familia: moraceae, genus: Artocarpus, spesies       : Artocarpus communis

Deskripsi Umum Ketapang
Ketapang atau katapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang rindang. Klasifikasi ketapang yaitu regnum: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: myrtales, famili: combretaceae, genus: Terminalia, spesies: Terminalia catappa.
Pohon besar, tingginya mencapai 40 m dan gemang batang sampai 1,5 m. Bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti pagoda. Pohon-pohon yang tua dan besar acap kali berbanir (akar papan), tingginya bisa hingga 3 m. Daun-daun tersebar, sebagian besarnya berjejalan di ujung ranting, bertangkai pendek atau hampir duduk.
Faktor Tempat Tumbuh
            Tempat tumbuh atau tapak adalah suatu tempat yang dipandang dari segi faktor-faktor ekologinya (dalam hubungan kemampuannya untuk menghasilkan hutan atau vegetasi lainnya). Dengan kata lain, tempat tumbuh adalah gabungan kondisi biotik, iklim, dan tanah dari sebuah tempat (Departemen Kehutanan, 1992).
            Menurut Soekotjo (1976), lingkungan suatu hutan biasanya dinamakan tempat tumbuh. Tempat tumbuh dapat diartikan sebagai jumlah dari keadaan-keadaan yang efektif yang mempengaruhi penghidupan suatu tumbuhan atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dari segi silvikultur, tempat tumbuh dapat dianggap sebagai semua yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi vegetasi hutan.
            Faktor-faktor tempat tumbuh dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu faktor klimatis, faktor fisiografis, faktor edafis, dan faktor biotis (Soekotjo, 1976).
a.    Faktor Klimatis
Faktor klimatis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan atmosfer yang berpengaruh terhadap kehidupan tanaman. Pengaruh faktor ini dapat terasa secara regional maupun lokal. Keadaan atmosfer yang menentukan iklim regional dan lokal terutama berhubungan dengan temperatur, air dan cahaya. Faktor-faktor yang menentukan ini adalah radiasi matahari, temperatur udara, kelembaban udara dan presipitasi, serta dapat ditambahkan pula angin dan pintar (Soekotjo, 1976).
b.    Faktor Fisiografis
Faktor ini merupakan keadaan-keadaan yang secara tidak langsung mempengaruhi vegetasi hutan melalui efeknya terhadap faktor-faktor berpengaruh langsung. Termasuk di dalamnya adalah keadaan yang menentukan bentuk dan struktur dari permukaan tanah. Faktor-faktor fisiografis ini antara lain konfigurasi bumi, ketinggian tempat, dan faktor kelerangan. Efek faktor-faktor fisiografis terlihat dari perbedaan-perbedaan vegetasi hutan pada lereng-lereng atas dengan lereng-lereng yang lebih rendah (Djayadiningrat, 1990).
Ketinggian tempat sangat mempengaruhi iklim, terutama curah hujan dan suhu udara. Menurut Rochidayat dan Sukowi (1979), tinggi tempat berpengaruh terhadap suhu udara dan intensitas cahaya. Suhu dan intensitas cahaya akan semakin kecil dengan semakin tingginya tempat tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena berkurangnya penyerapan (absorpsi) dari udara. Berkurangnya suhu dan intensitas cahaya dapat menghambat pertumbuhankarena proses fotosintesis terganggu. Pengaruh tinggi tempat terhadap pertumbuhan pohon bersifat tidak langsung, artinya perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi keadaan lingkungan tempat tumbuh pohon terhadap suhu, kelembaban, oksigen di udara, dan keadaan tanah. Meskipun pengaruhnya tidak langsung, tetapi kemampuan untuk menerangkan keragaman kondisi tempat tumbuh sangat tinggi.


c.    Faktor Edafis
Faktor edafis adalah faktor- faktor yang berhubungan dengan keadaan tanah. Faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi vegetasi hutan adalah tekstur atau susunan pertikel tanah, air tanah, temperatur tanah, dan unsur-unsur hara yang terkandung di dalam tanah. Efek dari faktor ini dapat dilihat dari perbedaan vegetasi yang tumbuh di atasnya, seperti perbedaan vegetasi yang tumbuh di tanah liat dan tanah pasir (Soekotjo, 1976).
Faktor tanah mempunyai peranan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup tanaman, seperti memberi dukungan mekanis dan menjadi tempat berjangkarnya akar, menyedeiakan ruang untuk pertumbuhan dan perkembangan akar, menyediakan udara (oksigen) untuk respirasi, menyediakan air dan hara dan sebagai media terjadinya saling tindak (interaksi) antara tanaman dengan jasad tanah (Purwowidodo, 1996).
Akar-akar tumbuhan berkembang terutama tanaman pada bagian tubuh tanah yang mudah diterobos, pasokan air, hara, dan udara yang tinggi, yaitu solum tanah. Tanah-tanah bersolum tebal dengan watak fisik dan kimiawi yang kondusif, memungkinkan untuk mendukung tegak dan berkembangnya secara optimum pohon-pohon berukuran raksasa. Sedangkan pada tanah-tanah bersolum tipis hanya memungkinkan untuk mendukung pohon-pohon kecil dengan pertumbuhan tidak normal, atau tumbuhan yang hidup bukan berupa pohon, melainkan rerumputan atau semak belukar (Pureowidodo, 1998).
d.    Faktor Biotis
Faktor biotis ini berhubungan dengan faktor-faktor yang secara langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh pengaruh tumbuhan atau hewan . Meskipun faktor klimatis dan edafis suatu tempat tumbuh mempunyai pengaruh yang dominan terhadap bentuk dan pertumbuhan hutan, namun pertumbuhan  vegetasi dapat dihalangi, dirubah, dan diganggu oleh adanya interaksi kehidupan tanaman, hewan, dan manusia (Soekotjo, 1976).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu pohon
            Pertumbuhan pohon dipengaruhi oleh beberapa faktor ada faktor dari dalam maupun dari luar
a.    Faktor dari luar
1.    Cahaya
Cahaya merupakan faktor utama sebagai sumber energi dalam fotosintesis, untuk memproduksi tepung (karbohidrat). Kekurangan cahaya akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Tanpa adanya cahaya, tumbuhan hijau tidak mungkin mampu bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama, sebab cahaya khususnya cahaya matahari merupakan sumber energi yang amat penting untuk melaksankan fotosintesis. Proses ini menghasilkan zat makanan yang berpengaruh besar terhadap pembelahan sel.
2.    Suhu
Suhu berperan sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi dalam tubuh tanaman. Misalnya suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Kecepatan reaksi kimia sangat dipengaruhi suhu, suhu makin tinggi dalam batas tertentu reaksi makin cepat. Disamping itu suhu juga berpengaruh pada kestabilan sistem enzim.Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius.
Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti. Tumbuhan berbeda kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat prtumbuhan yang berbeda. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti.
Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras akan lebih tahan terhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Pengaruh suhu tinggi pada pertumbuhan berhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan yang lain, terutama kelebihan cahaya, kekeringan, kekurangan oksigen, atau angin kencang bersamaan dengan kelembaban relatif yang rendah. Suhu tinggi biasanya berperan dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari pada buah berdaging dan sayuran, dengan sinar matahari terik dan panas maka suhu jaringan buah yang terdapat di bawah sinar matahari langsung mungkin jauh lebih tinggi dibanding dengan jaringan buah dari sisi yang terlindung dan dikelilingi udara.

3.    Kelembaban
Air merupakan substansi anorganik yang paling dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar. Sumber air bagi tanaman berasal dari tanah, dan kelembaban termasuk curah hujan. Curah hujan sangat penting karena ia mempengaruhi kelembaban dalam tanah. Kelembaban udara juga sangat mempengaruhi laju kehilangan air dari daun melalui transpirasi
Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air. Berat aktual air/unit volume udara disebut kelembaban absolut, sedangkan presentase uap air relative hingga ke jumlah maksimum dimana udara dapat memegangnya disebut kelembaban relatif.
Kapasitas memegang uap air oleh udara sangat dipengaruhi oleh suhu udara. Pada suhu 27o C, udara dapat memegang dua kali uap air yang dapat dipegang oleh udara pada suhu 16o C pada saat kelembaban relative 100% pada kedua suhu tersebut.
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi pohon dimana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
Kelembaban menunjukkan kandungan air di tanah dan udara. Bila kelembapan rendah, transpirasi akan meningkat sehingga penyerapan air dan mineral semakin banyak. Pada kondisi kelembaban yang tinggi, umumnya pertumbuhan tanaman lebih cepat namun kelembaban yang rendah diperlukan oleh beberapa tanaman untuk pertumbuhan generatip, sehingga berbunga pada musim kemarau.
Pertumbuhan pohon yang biasa hidup di elevasi tinggi ditanam di elevasi yang rendah, pohon tersebut masih dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pohon yang dapat tumbuh dengan elevasi yang tinggi yaitu pohon yang mampu menyesuaikan diri dengan kondisi yang temperaturnya rendah, kelembaban tinggi, dan intensitas matahari kurang. Contoh pohonnya yaitu pohon berdaun jarum atau Pohon Agathis, hal ini terjadi karena kayu daun jarum akan memanfaatkan intensitas sinar matahari sesuai kebutuhannya, maksudnya bila terlalu lebih maka akan dimanfaatkan sesuai dengan kemampuan klorofil yang dimiliikinya. Sedangkan pohon yang biasa hidup di elevasi rendah, kemudian ditanam di elevasi tinggi, maka jenis pohon ini pertumbuhannya akan menjadi lambat.
Hal ini disebabkan karena pohon yang biasa hidup di daerah elevasi rendah dengan kondisi iklim yang umumnya temperatur tinggi, kelembaban rendah dan intensitas matahari besar, memiliki kepekaan menangkap sinar matahari yang lebih rendah. Sehingga bila ditanam di elevasi tinggi yang memilliki intensitas sinar matahari akan sangat mengganggu kegiatan fotosintesisnya, sehingga pertumbuhannya juga akan lebih lambat. Contoh pohonnya adalah kayu berdaun lebar atau kayu teras jenis kayu matoa. Hal ini terjadi karena daerah iklim dan kelas ketinggian tempatnya menunjukkan semakin tinggi elevasinya maka jumlah presentase kayu terasnya semakin besar sehingga kegiatan pembentukan sel baru yang berasal dari pembelahan sangat lambat dan yang lebih banyak terjadi adalah proses penuaan sel. Di dalam kayu terasnya semua sel-sel penyusunnya adalah sel yang sudah mati dan tidak mengalami penambahan besarnya sel. Selain itu riap atau pertambahan volume pohon juga kecil atau pertumbuhannya lebih lambat. Maka dari itu kayu jenis matoa hanay bias hidup di daerah yang berelevasi rendah dan tidak bias hidup di daerah yang berelevasi tinggi.    
4.    Tanah
Sebagai media pertumbuhan dan tempat penyediaan hara bagi pertumbuhan tanaman, kapasitas tanah adalah relatif terbatas dan sangat tergantung dari sifat dan ciri tanah tersebut. Sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman , tanah mempunyai beberapa peranan di antaranya, untuk pengaturan suhu tanah, udara tanah dan air tanah. Daniel et al. (1979) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai ilmu tanah merupakan dasar bagi pengelolaan silvikultur hutan, karena kualitas tanah merupakan salah satu kendala dalam praktek silvikultur. Lebih lanjut dikatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan silvikultur di antaranya penentuan produktivitas tempat tumbuh sangat dipengaruhi oleh faktor tanah. Berdasarkan peranan tanah terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, maka sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah di antaranya  kandungan unsur hara, kemasaman tanah (pH tanah), kandungan bahan organik tanah (BO), kelengasan tanah, tekstur dan struktur tanah dan lain-lain merupakan faktor-faktor penting yang berperan dalam menentukan kualitas dari tempat tumbuh.
5.    Angin
Di daerah tropik biasanya kecepatan angin lebih rendah disbanding dengan daerah subtropik. Akan tetapi badai guntur sering terjadi di daerah tropik terutama di musim hujan. Angin kencang yang terjadi hanya beberapa menit sering mendahului badai guntur ini. Sebagai akibatnya pohon-pohon hutan maupun perkebunan sering hancur, kadang kala pengaruhnya mencapai areal berhaektar-hektar. Dengan demikian angin mampu mempengaruhi struktur dan komposisi hutan.
Angin kencang di pantai laut yang terbuka memberi pengaruh mencolok pada pepohonan dan semak. Ini disebabkan pengaruh udara kering mengandung garam atas perkembangan kuncup di sisi atas pohon dan belukar tersebut, sedangkan kuncup di sisi bawah lebih terlindung sehingga mampu tumbuh. Akibatnya ke arah barat berkembang lahan hutan yang khas seperti terpangkas.
Pada hutan pedalaman, kecepatan angin bergerak lebih rendah sehingga vegetasi yang tumbuh cukup rapat dan pohon mampu tumbuh hingga ketinggian 50 meter. Angin secara tidak langsung mempunyai efek penting pada pertumbuhan pohon.  Angin sangat membantu dalam proses penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis tumbuhan, sehingga proses regenerasi tumbuhan dapat berlangsung.
Energi angin merupakan perantara dalam penyebaran tepung sari pada penyerbukan alamiah, tetapi angin juga dapat menyebarkan benih rumput liar dan melakukan penyerbukan silang yang tidak diinginkan. Angin yang terlalu kencang juga akan menggangu penyerbukan oleh serangga.
Angin dapat membantu dalam menyediakan karbon dioksida yang membantu pertumbuhan tanaman, selain itu juga mempengaruhi suhu dan kelembaban tanah. Namun pada saat musim kemarau di beberapa daerah di Indonesia bertiup angan fohn yang dapat merusak karena bersifat kering dan panas. Pada siang hari didaerah sekitar pantai, angin laut dapat menyebabkan masalah karena angin ini membawa butiran garam yang dapat merusak daun. Di bawah ini tabel kecepatan udara dan pengaruhnya terhadap tanaman :
            Pada pohon mangrove misalnya faktor angin sangat mempengaruhi pertumbuhan pohon. Angin merupakan agen polinasi dan diseminasi biji sehingga membantu terjadinya proses reproduksi tumbuhan. Angin berpengaruh terhadap ekosistem mangrove melalui gelombang dan arus laut, yang dapat menyebabkan abrasi dan meningkatkan evapotranspirasi. Angin kuat juga dapat menghalangi pertumbuhan, namun diperlukan dalam polinasi dan penyebaran bibit. Pada daerah pantai yang biasa terkena angin, tajuk pohon mangrove biasanya patah dan pepohonannya lebih pendek.
6.    Air
            Air merupakan bagian terbesar bahan penyusun jasad hidup, yang berperan penting dalam penyusunan fotosintesis, alokasi fotosintesis, memelihara ketegaran sel, memelihara temperature tubuh jasad, sebagai pelarut zat-zat fotosintesis yang akan disusun melalui reaksi-reaksi fisiologis dalam tubuh jasad hidup. Air juga merupakan pelarut anasir hara dalam tanah sehingga memudahkan penyerapan oleh perakaran tanaman, memecah batuan dan mengurai batuan sehingga meningkatkan ketersediaan anasir hara bagi tanaman.



BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di wilayah kampus Universitas Hasanuddin, dengan tempat yang berbeda – beda, yakni:
a.      Pohon Jati  yang tumbuh rapat dan yang tumbuh tunggal/ jarang bertempat depan areal Fakultas Ilmu Sastra dan Budaya, Universitas Hasanuddin, Makassar pada tanggal 15 Maret 2011.
b.      Pohon sukun yang tumbuh diantara bangunan bertempat di depan Laboratorium Derah Aliran Sungai (DAS) Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada tanggal 31 Maret  2011.
c.       Sedangkan untuk pohon yang tumbuh dengan kondisi lain di dekat Danau Universitas Hasanuddin, pada tanggal 8 Maret 2011.
III.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut :
1.    Pita meter untuk digunakan untuk mengukur keliling batang pohon
2.    Kamera digital, digunakan untuk foto bentuk diameter, tajuk, banyak tidaknya daun, dan cabang.
3.    Alat tulis menulis, digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.
4.    Abney level digunakan untuk mengukur tinggi pohon.
III.3 Prosedur Kerja
            Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :
1.    Masing-masing kelompok mencari lokasi pohon/ tegakan yang tumbuh pada kondisi tumbuh diantara bangunan, tumbuh tunggal/ jarang, tumbuh rapat, sedangkan untuk pohon yang tumbuh dengan kondisi yang lain dicari perindividu.
2.    Pada masing- masing pohon diukur diameter, tinggi, dan jarak tanamnya (pada pohon yang tumbuh rapat).
3.    Mengamati pertumbuhan batang, daun, dan tajuk masing-masing pohon.
4.    Mendekomentasikan pohon/ tegakan yang dipilih.


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1  Hasil
              Adapun hasil pengukuran yang diperoleh adalah sebagai berikut :


No

Kondisi tempat tumbuh pohon


Jenis Pohon

Diameter


 

Diameter  Diamater
   Pangkal    Ujung


Ketinggian


Jarak Tanam
1.     
1.        
Rapat
Jati (Tectona grandis)
22,92 cm    11,46 cm
11,4 meter
2,5 meter x 2,5 meter
     2.
Tunggal/ jarang
Jati (Tectona grandis)
94,59 cm    47,29 cm
15,92 meter
-
    3.
Diantara bangunan
Sukun (Artocarpus communis)
46,81 cm    23,41 cm
17,78 meter
-
     4.
Kondisi lain
Ketapang (Terminalia catappa)
23,02 cm    11,51cm
7 meter
-

IV. 2 Pembahasan
1.    Diamater dan Tinggi Pohon
Pada semua kondisi tempat tumbuh pohon, pada pohon Jati (Tectona grandis) yang tumbuh rapat mempunyai diameter pohon yang paling kecil hal ini terjadi karena jarak tanam pohon jati yang begitu rapat membuat jati tersebut berlomba dalam mengambil cahaya matahari yang nantinya akan dipergunakan dalam fotosintesis. Cahaya matahari yang sedikit akan menghasilkan makanan bagi suatu pohon yang sedikit pula sehingga diameternya pun jauh lebih kecil dibandingkan pohon yang tumbuh dengan tempat tumbuh yang berbeda. Selain itu disebabkan adanya kompetisi antara pohon yang satu dengan pohon yang lain, baik dalam persaingan dalam  memperoleh unsur – unsur hara, air, garam mineral yang juga sangat berguna dalam proses fotosintesis dalam pertumbuhan pohon.
Pada pohon jati yang tempat tumbuhnya jarang/ tunggal memiliki diameter yang lebih besar karena cahaya matahari penuh menyinari pohon tersebut. Sehingga proses fotosintesis akan berjalan dengan baik. Hasil fotosintesis ini berupa glukosa yang nantinya akan disebar ke seluruh bagian pohon, tetapi yang lebih banyak mendapatkan glukosa adalah bagian pohon yang ada di bagian bawah. Sedangkan tinggi pohon jati yang tumbuh tunggal/ jarang jauh lebih pendek dibandingkan jati yang tumbuh rapat. Karena glukosa menyebar ke bawah bukan ke atas. Tetapi glukosa juga menyebar ke atas, hanya lebih sedikit dibandingkan ke bawah.
Pada semua kondisi tempat tumbuh, pada pohon Sukun (Artocarpus communis) yang mempunyai tinggi pohon yang paling tinggi hal ini terjadi karena  makanan yang dihasilkan dari proses fotosintesis belum sampai ke seluruh bagian pohon, makanannya telah habis. Hal ini membuah pertumbuhan pohon cenderung ke atas.
           Diameter Jati (tumbuh rapat)     Diameter Jati (tumbuh tunggal)
2.    Bentuk Tajuk
Pada semua kondisi tempat tumbuh,  pada pohon Jati (Tectona grandis) yang tumbuh tunggal/ jarang. Mempunyai tajuknya cenderung agak lebar, besar dan agak kerucut, hal ini disebabkan pohon ini tumbuh secara intoleransi tanpa adanya kompetisi dengan pohon yang lain, sehingga memperoleh cahaya baik intensitas cahaya maupun kualitas cahaya, yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Dimana pada proses fotosintesis sangat membutuhkan cahaya sehingga menghasilkan glukosa yang berguna untuk dalam pertumbuhan baik pertumbuhan panjang maupun besar. Kompetisi tajuk dalam memperoleh sinar matahari disebabkan lebar tajuk berkorelasi positif dengan pencapaian akar dalam memperoleh mineral di dalam tanah. Dan juga, luasnya tajuk akan memperbesar proses fotosintesis yang terjadi pada pohon yang bersangkutan, sehingga pertumbuhan pohon juga akan semakin cepat. Ekspresi kebiasaan pertumbuhan tertentu ini biasanya dihubungkan dengan pertumbuhan relatif pucuk puncak dan cabang lateral.
Pada pohon Jati yang tumbuh rapat hanya terdapat pohon yang tajuknya menonjol paling atas sehingga mendapat cahaya penuh dari atas dan dari samping dan pohon yang tidak setinggi pohon dominan tajuknya masih mendapat cahaya dari atas, meski dari samping terhalang sebagian besar dari pohon dominan. Untuk pohon pertengahan, Co – dominan, pohon tertekan, tidak ditemukan pada tegakan ini dan pada bagian lantai tanah, hanya ditumbuhi oleh rumput – rumputan hal ini disebabkan oleh pengaruh cahaya karena memiliki tajuk yang rapat sehingga tanaman dibawan sulit tumbuh karena dipengaruhi faktor cahaya dan kurangnya penyinaran cahaya masuk pada lantai tegakan.
Keadaan tajuk tidak jauh berbeda dengan pohon sukun yang tumbuh tunggal. Namun pada pohon ini tumbuh tunggal dan hanya diapit oleh bangunan. Ketika mendapat cahaya matahari, bagian -   bagian cabang dan ranting pohon melebar dan berbeda dengan bagian bawah yang kurang mendapat cahaya matahari penuh, Dimana, tidak ditemukan bagian percabangan. Pohon ini memiliki tajuk yang kecil jika dibandingkan dengan pohon yang tumbuh tunggal yang memperoleh cahaya penuh. Hal ini disebabkan kurangnya intensitas cahaya maupun kualitas cahaya yang diperoleh yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis, yang berguna untuk pertumbuhan.
Sedangkan pada pohon Ketapang (Artocarpus communis) juga mempunyai tajuk yang lebar akan tetapi disini jika dibandingkan dengan tajuk pohon jati yang tumbuh tunggal, tajuknya jauh lebih lebar dibandingkan dengan ketapang.
3.    Bentuk Batang
 Pada semua kondisi tempat tumbuh, pohon jati yang tumbuh tunggal/ jarang mempunyai bentuk batang yang jauh lebih besar dibandingkan dengan betuk batang dengan kondisi tempat tumbuh yang lain. Bentuk batangnya adalah jauh selindris pada bagian bawahnya dibandingkan bagian bawahnya, ini disebabkan oleh pengaruh tajuk itu sendiri. Artinya semakin bertambah besar tajuknya berarti produksi glukosa besar, sehingga jaringan floem dapat menyebarkan hasil – hasil fotosintesis keseluruh bagian tubuh tumbuhan. Glukosa yang dihasilkan pada proses fotosintesis menyebar keseluruh bagian pohon akan tetapi pada bagian bawah batang jauh lebih banyak glukosa sehingga bentuk batang pohonnya pun jauh lebih silindris dibandingkan pada bagian atasnya.
Pada pohon jati yang ditanam rapat  mempunyai bentuk pohon yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan bentuk batang pohon yang lain. Hal ini terjadi cahaya matahari yang digubakan untuk proses fotosintesis pun sedikit sehingga glukosa yang dihasilkan dari proses fotosintesis belum secara keseluruhan didapatkan pada bagian pohon, glukosa tersebut sudah habis.
Sedangakan pada pohon ketapang yang tumbuh dengan kondisi yang lain juga lebih silindris pada bagian bawahnya dibandingkan dengan pada bagian atasnya. Hampir sama dengan pohon jati yang tumbuh tunggal/ jarang glukosanya pun menyebar ke seluruh bagian pohon akan tetapi jauh lebih banyak di bagian bawah batang sehingga membentuk batang pohon yang jauh lebih silindris daripada bagian bawahnya.
                        Bentuk batang pada masing-masing kondisi tempat tumbuh :
Ketapang (Artocarpus communis)           Jati (Tectona grandis)
                                                                      Tumbuh tunggal
         Jati (Tectona grandis)            Sukun (Alstonia scholaris)
                Tumbuh rapa                  tumbuh diantara bangunan
4.    Daun
Pada semua kondisi tempat tumbuh, pohon jati yang tumbuh tunggal / jarang mempunyai daun yang lebih banyak dibandingkan dengan kondisi tempat tumbuh yang lain . Hal ini terjadi karena cahaya matahari secara penuh didapatkan oleh pohon itu. Air dan cahaya matahari yang banyak, mampu mengalirkan suplai hasil fotosintesis yang dialirkan oleh jaringan floem, sehingga pertumbuhan daun pun jauh lebih banyak.
Sedangkan pada pohon jati yang tumbuh rapat daunnya jauh lebih sedikit. Hal ini terjadi karena terjadi persaingan dalam mengambil cahaya matahari. Cahaya matahari lebih banyak didapatkan dari atas sedangkan pada bagian samping pohon tidak banyak mendapatkan cahaya matahari karena terhalang oleh pohon jati lainnya.
Pada pohon yang tumbuh diantara bangunan pun daunnya sedikit. Hampir sama dengan pohon jati yang tumbuh rapat, cahaya matahari yang datang, terhalang oleh bangunan sehingga cahaya matahari jauh lebih banyak didapatkan dari atas dibandingkan dari samping. Artinya cahaya matahari tidak secara penuh didapatkan oleh pohon.
Pada pohon ketapang yang tumbuh dengan kondisi yang lain, daunya banyak hal ini karena tidak ada yang menghalangi cahaya matahari. Sehingga lebih mudah mendapatkan cahaya untuk proses fotosintesis.
            Bentuk daun pada kondisi tempat tumbuh :                
 
    Daun pohon jati yang tumbuh tunggal/ jarang
                         

                      Daun Jati (tumbuh rapat)
5.    Cabang
Pada semua kondisi tempat tumbuh, pohon yang tumbuh tunggal/ jarang mempunyai cabang yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan kondisi tempat tumbuh yang lain. Hal in juga terjadi karena cahaya matahari yang jauh lebih banyak, karena tidak ada yang menghalangi. Sehingga cabang yang banyak dapat tumbuh dengan baik.
Sedangkan pada pohon jati yang tumbuh rapat hanya pada bagian atasnya terdapat banyak cabang karena pada bagian itu paling sering mendapatkan cahaya matahari berbeda halnya dengan pada bagian bawah jarang mendapat cahaya matahari karena ada persaingan dalam mendapatkan cahaya matahari dengan pohon yang ada di sekitarnya.
Pada pohon yang tumbuh diantara bangunan pun cabangnya sedikit. Hampir sama dengan pohon jati yang tumbuh rapat, cahaya matahari yang datang, terhalang oleh bangunan sehingga cahaya matahari jauh lebih banyak didapatkan dari atas dibandingkan dari samping. Artinya cahaya matahari tidak secara penuh didapatkan oleh pohon.
Pada pohon ketapang yang tumbuh dengan kondisi yang lain, cabangnya banyak hal ini karena tidak ada yang menghalangi cahaya matahari. Sehingga lebih mudah mendapatkan cahaya untuk proses fotosintesis.

         Pohon jati yang tumbuh rapat, cabangnya lebih sedikit
 
       Pohon jati yang tumbuh tunggal, cabangya banyak
     Pohon ketapang tumbuh dengan kondisi yang lain,
                       cabangnya banyak
Pohon sukun yang tempat tumbuhnya
diantara bangunan


BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah dilihat dari diameter, cabang, daun, tajuk, dan batang. Kualitas kayu yang  jauh lebih baik dengan kondisi tempat tumbuh di atas adalah pohon Jati (Tectona grandis), karena mendapatkan cahaya matahari penuh dan tidak ada persaingan di sekitar pohon dalam mengambil cahaya matahari dan unsur hara (makro dan mikro) sehingga dalam pembuatan fotosintesis pun berjalan dengan baik, dan glukosa yang dihasilkan dari proses fotosintesis juga dapat menyebar ke seluruh bagian pohon. Oleh karena itu pertumbuhan pohon jati yang tumbuh tunggal/ jarang jauh lebih baik dibandingkan dengan pohon dengan tempat tumbuh yang rapat ataupun tumbuh diantara bangunan, sehingga menghasilkan kualitas kayu yang jauh lebih baik pula. Sedangkan dengan kondisi tempat tumbuh yang lain yaitu ketapang (Artocarpus communis) kualitas kayunya juga baik karena mendapat cahaya penuh dari cahaya matahari. Sehingga pertumbuhannya pun lebih baik. Perbedaan dengan pohon jati yang tumbuh tunggal adalah pohon jati yang tumbuh tunggal lebih dulu ditanam dibandingkan dengan pohon ketapang yang ditanam di dekat Danau Universitas Hasanuddin. Sehingga bentuk batangnya jauh lebih besar tetapi sama-sam bentuk batang bagian bawahnya lebih silindris dibandingkan bagian atasnya. Tajuknya pun sama-sama besar. Jadi, disini hanya perbedaan tanam pada masing-masing pohon.
V.2 Saran
   Sebaiknya ada fasilitas yang dilengkapi oleh pihak fakultas seperti alat ukur demi kelancaran praktikum, sehingga menghasilkan data yang akurat. dan bimbingan/ asistensi, agar laporan ini sudah layak/ baik.  


DAFTAR PUSTAKA
Daniel, Theodore, W., dkk. 1987. Prinsip- Prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Pres. Yogyakarta.
Hadi, Solihul. 2010. Pengaruh Kualitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Pohon.http://www. pengaruh-kualitas-cahaya-terhadap.html. Diakses pada tanggal 13 April 2011.
http:// www. Plantamor.com. Diakses pada tanggal 12 April 2011
Indryanto.2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Ed.1,Cet.1.Bumi Aksara. Jakarta.
Khaeruddin, 1994. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar swadaya. Jakarta.